SAYAP KUPU-KUPU
Anita Nugrah Hasanah
Kata siapa ulat itu tidur di
dalam kepompongnya? Ia sedang membuat sayap kupu-kupu yang indah. Apa kau tidak
percaya? Cepat, lihatlah. Di hadapanku ada ulat itu. Ia akan segera terbang. Kepala
lucunya muncul dari dalam, menyeruak selubung yang beberapa waktu mengurungnya.
Pelan dan pelan, tapi pasti. Lihat, sayap itu mulai keluar. Warnanya hijau!
Cantik bukan main.
Sayap itu...
Menyeruak.
Terbang.
Begitu cepat. Secepat dunia yang berubah.
Dari purba menjadi modern. Dari nomaden yang berpindah-pindah menjadi maden,
yang punya tempat tinggal tetap. Dari gua menjadi bangunan rumah yang begitu
nyaman.
"Delia, kau sedang berpikir apa
lagi?" seseorang mengagetkanku. Perempuan tengah baya itu guruku. Ia
beberapa kali memergoki aku yang diam, sekadar melihat kepompong seperti saat
ini. Seperti menerka apa yang sedang kukerjakan.
Kutunjukkan kepompong kosong. Guruku melihat
miris kepompong itu. Ah, tidak. Jangan melihat seperti itu. Rumah kepompong
begitu kuat. Lihat saja, rumah itu bisa mengering bahkan membatu hingga
bertahun lamanya.
"Kau harusnya bermain dengan
teman-temanmu, bukan berada di sini," Bu Guru menepuk pundakku. Aku
mengangguk. Pergi. Bukan pergi bermain, tapi memilih masuk ke dalam kelas.
***
Saat jam istirahat, kelas ini
jadi sepi. Semua anak ke kantin, ke lapangan, ke perpustakaan atau kemana pun
sesuka hati mereka. Kubuka buku gambar yang ada di laci meja. Ada banyak
kupu-kupu yang kugambar di sana.
Entah sejak kapan aku begitu tergila-gila dengan kupu-kupu.
Di kamarku sangat banyak poster dan foto-fotonya. Aku juga punya kostum sayap
kupu-kupu. Meskipun jika aku menggunakannya, aku lebih mirip peri. Bukan
kupu-kupu.
BUK!
Sebuah dentuman mengagetkan aku. Bunyi apa itu?
Kuhampiri, terdengar dari arah belakang.
"Kamu lagi?" tanya laki-laki yang
lebih tinggi itu kepadaku. Aku segera berbalik. Tak perlu kutanya, sedang apa
dia. Pasti ia tidur lagi pada bangku-bangku yang dijejerkan jadi panjang. Dan
tentu saja, ia jatuh lagi.
"Kamu nggak pernah main, ya? Belum punya
teman?" Ia sedikit mengejar langkahku. Aku tidak bereaksi apa-apa. Mukaku
seperti biasa, datar.
"Kamu anak baru itu, kan? Dari awal
masuk nggak pernah ngomong. Sampai perkenalan di kelas pun tetap Ibu Guru yang
bicara." Ia masih mengejarku. Sekarang ia malah duduk di sebelahku.
Aku ingin bilang, aku bukan orang yang
sombong. Tapi kutahan. Aku tidak ingin mengeluarkan kata atau suara apa pun.
Jika kuterangkan, tetap saja ia tidak akan mengerti.
Ia melirik buku gambarku. Dibukanya. Seperti segera
ingin melihat apa yang ada di dalamnya. Aku suka jika ia tertarik dengan buku
gambar itu.
"Waaah, gambar kamu bagus banget!"
decaknya, sambil menatap buku itu. "Kamu suka kupu-kupu, ya?" Aku
mengangguk.
"Apa kupu-kupu bisa dipelihara? Ada
berapa jenisnya?" tanyanya. Aku masih diam.
"Ah, kamu sombong!" Tiba-tiba ia
menghempaskan buku itu.
"Au...au...a-o-oo...!" kataku
setengah berteriak. Aku...akhirnya mengeluarkan suara yang selama ini kutahan.
Di hadapannya dan di hadapan anak-anak lain di sekolah ini. Ya, aku cuma
seorang gagu.
"Au a o-o ...!"
Ia mematung.
***
Sebenarnya, baru satu
minggu aku pindah sekolah. Tapi hari ini aku ingin bolos. Aku benar-benar tidak
mau pergi ke sekolah. Tidak. Cuma tatapan Mama memaksaku untuk berangkat. Aku rasanya
tidak kuat bertemu semua orang. Andai saja di sekolah cuma ada aku. Aku
seorang. Tidak ada anak lain. Tidak juga ia.
Kakiku ragu masuk ke kelas.
"Aku pinjam ini dari perpus." Anak
laki-laki itu menyerahkan sebuah buku tebal. Ada kupu-kupu di sampulnya.
Ensiklopedi.
Ragu.
Tapi aku ingin mengetahui isinya. Aku pernah
melihat buku seperti ini di sekolahku dulu. Tapi tidak setebal ini. Dan
warnanya pun berbeda.
Ia meletakkan buku itu di atas mejaku. Dan
pergi ke bangkunya di bagian belakang. Kulihat punggungya. Ada getaran aneh
yang tak bisa kujelaskan. Entah.
***
Kupu-kupu
itu punya empat helai sayap. Di depan dan di belakang, pada sisi kiri dan kanan
tubuh mungil itu. Badannya berbuku-buku, yang disebut segmen. Ada tiga bagian.
Ia punya antena yang disebut dengan sesunguk, mata majemuk dan juga belalai
atau istilahnya probosis. Belalai, sebutan yang lucu untuk kupu-kupu. Seperti
yang ada pada gajah juga, kan?
Kututup halaman itu. Ia datang lagi.
"Kamu tahu, kenapa sayap kupu-kupu bisa
berwarna?" tanyanya. Aku mengangguk. Aku sudah membacanya. Tapi ia terus
bicara, seolah aku belum baca apa-apa.
"Warna merah dan hitam berasal dari pigmen
sisik kupu-kupu. Kamu sudah baca bagian itu belum?" Ia melanjutkan,
"Tapi untuk warna hijau dan kuning, pigmen itu tidak ada. Warnnya cuma
terbentuk dari susunan kontur sisik kupu-kupu. Cahaya juga punya peranan
penting saat mengenai kontur sisik-sisiknya." Bagian ini aku belum baca.
Aku tersenyum padanya. Hei, tersenyum? Sejak kapan aku bisa senyum pada orang
lain?
"Oh iya, kenapa kamu bisa suka dengan
kupu-kupu?" Aku mengangkat bahu.
"Jangan-jangan kamu suka karena
kupu-kupu itu makan madu?" selidiknya. Aku menggeleng cepat. Aku tahu,
kupu-kupu tak cuma makan madu. Ada sebagian kupu-kupu yang hinggap di bangkai
atau pun kotoran hewan. Mereka membutuhkan kandungan natrium yang bisa
diperoleh dari madu pada bunga atau juga pada sumber lainnya, jika memang bunga
tidak ada.
"Lalu?" ia bertanya lagi.
Kuambil kertas dan pensil dari dalam tas.
Kutuliskan sesuatu. Ia membacanya, "Karena aku cantik seperti
kupu-kupu?" Ia mengernyitkan alisnya. Ha-ha-ha, kami tertawa.
Ada satu alasan yang tak ingin kuberi tahu
padanya.
Karena, aku merasa sama seperti kupu-kupu.
Sama-sama tak bisa bicara. Aku sedih? Tidak juga. Kubuka lagi buku tebal itu.
Kami melihat sayap indah kupu-kupu. Ada rasa bahagia yang meruak, sulit untuk
kuungkapkan.
Aku tak peduli lagi, apakah aku bisa bicara
atau tidak. Apakah orang lain tahu tentang hal itu. Hidup ini begitu indah. Tak
cuma ada kekurangan. Pasti ada kelebihan.
Aku adalah Delia. Aku berpindah-pindah
sekolah agar tidak dijauhi saat ketahuan tak bisa bicara. Aku memang seorang
gagu. Aku masih bisa mendengar. Aku suka menggambar. Aku suka kupu-kupu. Aku
ingin lebih mengenal dunia. Ingin dunia mengenalku, sama seperti mereka
mengenal sayap kupu-kupu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar