Senin, 06 Mei 2013

Niat!

Bukan romance, buka poetic, tapi tetep metaforis hahaha

Semua manusia yang didedikasikan hidup di alam fana ini sebagai khalifah meyakini seteguh hati bahwa ada hari lain yang jauh lebih nyaman dan asyik dibanding hari hari yang kita jalani di dunia ini, yaitu akhirat.
Untuk memperolehnya tentu butuh usaha keras. Pondasi niat menjadi pilar utama menuju hal itu, karena niat berimplikasi terhadap semua aktifitas kekhalifahan di dunia, sedangkan dunia sendiri adalah ladang akhirat.
Pesan rasulullah kepada Abu Dzar “perbaharuilah perahumu, karena sesungguhnya lautan itu dalam". Ia mengumpamakan niat sebagai perahu dan kehidupan ini seperti lautan yang dalam dan luas, perahu untuk menampung semua unsur dan materi yang hendak di bawa ke akhirat, tempat yang damai dan asyik serta membahagiakan.
Lautan punya gelombang yang mampu menggeser manusia dari tujuan semula, yang benar berubah menjadi salah, dari yang lurus menjadi belok, dari pemberani menjadi pengecut, dari penyabar menjadi pemarah, serta ketersinggungan yang dominatif dan abadi bersemayam ke dalam hati orang orang yang dibelokkan oleh gelombang lautan duniawi.
Makna lain yang mungkin tersembunyi adalah buih, Lautan juga banyak dihuni buih yang indah dalam panorama pandangan mata namun minus fungsinya. Buih sebagai simbol bayang bayang duniawi yang ‘menipu’, besar secara eksistensi akan tetapi kerdil secara substansi. Dengan berbagai rayuan keindahan, dunia mampu menjebak orang-orang bodoh terkurung dalam langkah kehidupan praktis dan berorientasi ekonomis, ketimbang berbicara konsep ideologis, atau landasan epietemologis. 
Pendek kata, manusia adalah simbol kekhalifahan Allah secara total di dunia, sebagai buku panduannya adalah al Qur'an dan petunjuk rasul utusan-Nya. 
Sejatinya yang menjadikan manusia tidak mampu adalah karena malas dan keengganannya dalam melaksanakan tugas kekhalifahan. Tentu, masih ada kamus yang dirujuk oleh orang orang yang berstatus tidak becus dengan mengatakan “tidak bisa”, tetapi tidak ada kamus yang dapat menjawab sebuah problema mana kala yang dikatakan adalah “saya malas”.
Disitulah efektifitas perbaikan niat untuk menggapai kebahagiaan di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar