Senin, 06 Februari 2012

HUJAN..

nyoba bikin cerpen, amatiran lah yaa;;))



Jendela kayu bercat coklat terbuka dengan lebanya, tampak seorang gadis berjilbab menyampirkan dagunya di ambang jendela, menusukan tatapan pada gumpalan-gumpalan uap air yang menggantung dari atas langit. Sebuah siang yang lembab di bulan November. Dari dalam kamarnya, ia memandang dan berfikir pada satu objek yang sama yaitu hujan .
          “aku dapat mengenangmu saat hujan turun”  gumam Aliya pada dirinya sendiri.
                                                          ***       
          Bel tanda istirahat berbunyi, tetapi semua murid tertahan oleh derasnya hujan yang menyebabkan mereka untuk tetap tinggal di kelas, termasuk juga Aliya yang sedang merenungi Putera, laki-laki berwajah dingin dan manis. Tiba-tiba datang seorang perempuan cantik membetulkan poni Putera yang kusut tertiup angin. “Mereka pacaran” bisik Aliya pada dirinya sendiri.
“Al, Putera ada di depan pintu kelasnya” lapor salah satu teman Aliya, “Aku tau” jawab Aliya sambil berusaha untuk tidak melihat Putera, karena dengan melihat sosok Putera, Aliya selalu ambisi untuk menginginkannya. “Al, dia terus melihatmu ga cuma sekali “ lapor chacha temanku. “Tolonglah cha, jangan membuat ku serba salah sebenarnya aku ingin melihatnya tapi aku ga bias kalau aku harus terus memaksakan kehendak” Jawab Aliya dengan marahnya. Dan mulai saat itu, Aliya harus memilih salah satu dan mengontrol perasaan bahwa apa yang ia inginkan dan apa yang harus ia lakukan.
                                                          ***
          Tiba-tiba Aliya teringat pada kejadian 7 tahun silam yang membuat dirinya terbaring lemas di dalam ruangan putih dengan bau obat obatan yang membuat dirinya sesak, karena dulu Alya dan Putera selalu bermain dibawah derasnya hujan dan suara gemuruh beserta cahaya kilat dari atas langit yang gaib.
         
Awalnya, dengan kejadian itulah yang membuat Aliya tersiksa dan menyesali mengapa harus bertemu dengan Putera. Tetapi setelah bertahun-tahun ia menyesali jalan takdir Tuhan, ia mulai sadar bahwa ia harus bisa berdamai dengan masa lalu dengan cara tidak menyesalinya, dan kita harus mengenangnya sebagai bukti di masa yang akan datang bahwa kita telah hidup pada masa lalu itu.
                                                          ***
          Hujan telah berhenti pada sore hari, langit telah kembali biru dengan hiasan pelangi yang menjulang di atas cakrawala. Kenangan akan hujan tujuh tahun silam telah kembali pada dirinya sebagai kenangan, yang berharga untuk dikenang dan bukan untuk disesalkan.
          Ini tentang aku dan hujan yang akhirnya harus menyertakanmu juga, walau yang tersisa pada hujan tahun ini yaitu aku yang tengah patah hati. Aliya menutup agendanya bersamaan dengan senja hari di akhir bulan November. Gadis November itu mulai belajar bahwa mengerjakan keharusan tak selamanya menghabisi kebahagiaan dan mengorbankan keinginan tak selamanya berakhir penyesalan .
                                               

The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar